Assalaamu 'alaikum Wr.Wb dan salam damai serta sejahtera untuk kita semua.
Penulis : Pelestari budaya pusaka bangsa Perwaku Kabupaten Malinau.
Diceritakan lagi oleh : Ketua PERWAKU Kabupaten Malinau.
Sepeninggal Inggris dari pulau Jawa dari kerjasamanya dengan Belanda tanam karet di pulau Jawa Dwipa pasca pembuatan jalan Anyer sampai panarukan, maka terjadi perubahan yang cukup mendasar sikap para punggawa kerajaan Mojopahit Dinasti Rajasa Rani Jaya Negara terhadap Belanda. Apalagi Belanda mulai meningkatkan eksploitasi minyak bumi di bumi Jawa Dwipa kawasan pusat Kerajaan Mojopahit dan sekitarnya.
Politik balas Jasa telah melanda di nusantara. Banyak pemuda yang di didik dalam sekolahan yang didirikan pemerintahan Hindia Belanda, misalnya Taman Siswa. Setelah lulus dari taman siswa ada yang melanjutkan pendidikannya di Eropa. Para pemuda itu antara lain Ir.Soekarno, Mr.Suwardi Surya Ningrat, dan Mr. Dauwes Dekker.
Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara (1911M-1945M) adalah Raja Mojopahit Dinasti Rajasa Rani Jaya Negara yang memiliki keraton tua terbuat dari Kayu Jati berukir yang ratusan tahun umurnya selalu kuat dalam memegang tampuk kekuasaannya tanpa menyimpang sedikitpun dari aturan para Raja dan Ratu sebelumnya. Beliau adalah satria linuwih, pemberani dan memiliki banyak harta pusaka warisan leluhurnya.
Sebagai penguasa kerajaan yang juga dalam naungan pemerintahan Hindia Belanda selalu bekerjasama dengan baik tanpa ada perselisihan. Walaupun dalam batin beliau jengkel karena Ratu Wihelmina dijadikan sebagai yang tertinggi sesembahan nusantara Mojopahit, rasa jengkelnya tidak pernah terlintas di wajah beliau ketika bertemu para Govermen Hindia Belanda yang acapkali singgah di keratonnya yang kelihatan tua namun kuat dan indah karena banyak ukiran kayu jati tua yang sangat indah dan memukau motif dan relung-relungnya.
Para saudagar dari Inggris walaupun telah dinyatakan tidak ada lagi bentuk ikatan kerjasama dengan Belanda terkait penanaman karet di pulau Jawa Dwipa, acap kali singgah ke keraton beliau karena alasan kangen pulau Jawa Dwipa.
Sementara itu, Belanda mulai meningkatkan oplah crude oil dari dalam bumi pusat kerajaan Mojopahit dan sekitarnya. Para saudagar manca negara mulai geram melihat tingkah laku Belanda tersebut, begitu juga Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Amijoyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara. Sikap geram terhadap perilaku Belanda tidak nampak pada wajah beliau, karena beliau sangat pandai menyimpan kemarahan.
Beliau banyak uang dan harta kekayaan sebab pemerintahan Hindia Belanda juga memberikan sebagian dari yang diusahakannya bersama rakyatnya. Kepada para pemuda yang mau menempuh pendidikan dalam negeri dan luar negeri yang tunduk dan memenuhi syarat beliau, diberi dana belajar termasuk Wage Rodolf Supratman dan Raden Mas Suwardi Surya Ningrat.Wage Rudolf Supratman dkk,akhirnya dipercaya penuh oleh Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya negara untuk menghimpun para temannya yang aktif berjuang mengangkat harkat dan martabat para putra dan putri bumi nusantara Mojopahit. Suplai dana kepada beliau langsung ditanganinya untuk menggelar acara pertemuan-pertemuan yang melibatkan para tokoh pemuda dari dalam negeri maupun luar negari. Sumpah pemuda pertama (1926) dan sumpah pemuda dua (1928) akhirnya dapat terselenggara.
Para pemuda ini jika mau berangkat ke Eropa diharapkan singgah di wilayah kepatihan yaitu tidak jauh dari Surabaya menemui Patih Nalindra dan Patih Wundiro tempat kediaman beliau.
Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara sangat senang kepada Wage Rudolf Supratman karena Wage Rudolf Supratman adalah pemuda yang tepat janji dan sangat taat kepada beliau. Sayang sekali pada usia yang ke-34 Wage Rudolf Supratman meninggal dunia.
Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara sangat sedih mendengar kabar beliau telah wafat. Dalam benak beliau menaruh kecurigaan kepada Belanda yang telah membuat Wage Rudolf Supratman meninggal dunia. Beliau geram dan marah karena telah kehilangan putra Indo terbaik menurutnya.
Abdi keraton mulai resah, sebab Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Amijoyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara sering meninggalkan kursi keratonnya tanpa memberi tahu abdi dalemnya.
Beliau memakai senjata berupa keris Megalamat dan bedil laras pendek dan diikuti para prajurit namun tidak banyak.
Kepada kedua patihnya beliau memberi perintah agar sering melatih para punggawa kerajaan terutama ilmu bela diri dan ilmu ulah kanuragan.
Pada tahun 1939 Jepang datang, dua utusan Jepang memberitahukan bahwa mereka datang ingin merebut sumur bor minyak yang telah dikuasai Hindia Belanda. Kedua utusan itu berjanji setia tidak akan mengganggu beliau beserta keluarganya serta harta bendanya. Mereka menawarkan kerjasama memerangi Belanda namun tidak memaksa. Kepada beliau mereka berjanji membuat rakyat semakin sejahtera. Niat baik dua utusan dari Jepang itu dikabulkan namun beliau tidak bersedia membantu perang kepada Jepang. Dengan rasa kecewa kemudian dua prajurit itu menyembah lalu pergi berperang beserta pasukannya.
Perang besar terjadi, para prajurit Jepang dengan bom-bom membom tangsi-tangsi Belanda sehingga mereka lari tunggang langgang kembali ke Eropa.
Setelah itu pasukan Jepang bertamu ke beliau mengabarkan telah dapat mengusir Belanda dan mulai saat itu sumur bor minyak bumi yang telah lama dikelola Belanda itu menjadi tanggung jawab para pasukan Jepang terutama keamanannya.
Oleh sebab itu maka tentara Jepang mohon kepada beliau agar diperkenankan melatih pemuda-pemuda untuk berperang. Permohonan tentara Jepang dikabulkan beliau.
Karena yang dilatih banyak sekali, maka cadangan makanan menipis sehingga sering terjadi huru hara karena kekurangan makanan. Penjarahan kepada makanan rakyat mulai berlangsung hingga kondisi ini diketahui oleh Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara.
Beliau sangat murka kepada Jepang, namun kemurkaannya beliau simpan dalam hati. Suatu keistimewaan beliau yaitu sangat tahan memendah perasaan jengkel.
Melihat problema kerajaannya yang seakan mulai mendapat dua musuh dari manca negara beliau bersemedi dalam tanah atau ngeleng.
Setelah semedi beliau mengutus seorang pemuda untuk mengantarkan kerisnya kepada pemuda yang bernama Soekarno yang sedang berjuang memimpin pergerakan anti kolonial. Kemudian beliau membawa bedil dan senjata colok rancang keluar dari kursi kerajaanya.
Gerakan Jepang beliau awasi secara diam-diam bersama para abdi dalemnya. Sementara itu Prajurit dari kesatuan 503 Divisi Brawijaya sedang asik latihan perang dan juga berperang mengusir Belanda yang masih ketinggalan.
Ir Soekarno beserta temannya perjuangannya tidak mulus, karena Jepang selalu berjanji namun tidak pernah kunjung memenuhi janjinya. Berita itu disampaikan oleh pengantar keris saat beliau bertemu dengan Ir.Soekarno. Ir Soekarno berharap beliau agar berupaya agar Jepang kalah perang sebab kelihatannya ingin mengambil alih kekuasaan terbukti selalu menunda janji sehingga beliau pada akhirnya merasa jiwanya terancam oleh Jepang.
Mendapat laporan seperti itu, yang mulia Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya negara menarik napas dalam-dalam, lalu duduk di atas kursi kerajaannya.
Dua manusia berbody sangat kekar datang memberi hormat di depan beliau. Tanpa banyak perundingan dua manusia tidak di kenal itu langsung pergi dari hadapan beliau, sepertinya orang yang akan berjuang berangkat perang.
Derita rakyat semakin pilu, karena panenan padinya diharuskan sebagian untuk digunakan mendanai perang Jepang.
Rakyat mulai ada yang berani melawan Jepang. Tidak lama kemudian ada berita kota Herosima dan Nagasaki terkena serangan bom nuklir tentara sekutu. Jepang kalah perang, namun para prajurit Jepang yang masih berkeliaran di luar negaranya dengan pesawat tempurnya tetap saja tidak mau menyerah, bahkan pesawat sekutu yang melintasi keraton Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara di buru dan di bombardir hingga keraton tua namun kuat dan indah itu terbakar ludes oleh bom Jepang yang tidak lama kemudian pesawat tempur sekutu itu nyosor atau jatuh di sebelah selatan Desa Randegan.
Untungnya Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara tidak ada di dalam keraton tua itu.
Setelah beliau mengetahui keratonnya hangus terbakar, maka seluruh rakyat diperintahkan mengusir Jepang. Jepang akhirnya mengalami kekalahan perang dimana-mana.
Ir.Soekarno bersama Drs.Muhammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jl.Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Suaranya nyaring terdengar. Nampak yang mulia Raden Mas Wayo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara menarik napas lega. Tidak lama kemudian beliau memerintahkan seluruh rakyat kawasan lor kulon bekas hutan tarik itu siap perang, karena mendapat informasi ancaman sekutu akan membombardir kota Surabaya dan sekitarnya.
Prajurit kesatuan Divisi 503 Brawijaya bergerak memakai kuda dan senjata lengkap melintas didepan Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Amijoyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara beserta para pemuda yang siap mengikuti perang.
Perang besar terjadi di kota Surabaya, karena tentara sekutu yaitu Inggris, Perancis, Jerman, dan Belanda datang menyerang dari darat laut dan udara. Semua pasukan dari segala penjuru datang mengepung kota surabaya meladeni tantangan tentara sekutu.
Sayang sekali, Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara beserta pasukan Divisi 503 pimpinan kolonel Jarot itu bernasib sial. Setelah berperang dan dalam hitungan Kolonel Jarot telah 40 kali menembak jatuh pesawat tempur musuh, kolonel Jarot dan Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara beserta pasukannya tewas semua didekat bekas sumur bor minyak Desa Samaleak, Kedamean, Kab. Surabaya. (Mulai tahun 1970 masuk kabupaten gresik). Menurut cerita rakyat, jika Kolonel Jarot telah menjatuhkan 40 pesawat tempur musuhnya selama berperang, maka kesaktian beliau hilang dan bisa dicelakai oleh musuhnya, karena beliau memiliki ilmu kanuragan tingkat tinggi yang melibatkan perjanjian dengan makluk gaib.
Pada akhirnya tentara sekutu kalah perang dan setelah itu tidak mau datang lagi berperang di wilayah sekitar Surabaya. Ir.Soekarno datang melambai-lambaikan tangan dan banyak rakyat yang mengelu-elukan karena telah bersedia mengunjungi arek-arek Suroboyo yang telah memenangkan perang melawan tentara sekutu. Beliau memuji arek-arek Suroboyo yang berani mati dalam mempertahankan kemerdekaan. Beliau bersedih mendengar kabar Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara beserta pasukan Divisi 503 Brawijaya serta rakyat yang berjuang bersamanya telah wafat. Beliau menginstruksikan agar para kusuma bangsa itu dimakamkan di taman makam pahlawan pada daerahnya masing-masing.
Sorak sorak rakyat riang gembira yang ada ditepi jalan dengan gembira menyambut kedatangan para prajurit dan rakyat yang ikut berjuang karena telah menang telak dan sangat memuaskan.
Mendengar kabar bahwa Raden Mas Waryo Gumelar Sastro Ami Joyo Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara meninggal dalam medan pertempuran 10 Nopember itu, adik kandung beliau yaitu Dyah Ayu Raden Ajeng Nyi Ratu Parames Wari Mukti Rani Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara murka dan berjanji berperang terus sampai titik darah penghabisan.
Pergerakan perjuangan cukup panjang dan melelahkan dari gangguan Belanda dan pengikutnya serta sekutunya dari tahun 1945 hingga tahun 2014. Beliau wafat dalam tempat semedinya di lereng gunung kelud saat gunung kelud meletus sangat dahsyat tahun 2014. Para pengikut setianya tidak terkejut mendengar berita kematiannya, karena telah diberi tahu beliau sebelumnya.
Kepada pengikutnya beliau berpesan :
1.Mashurkanlah keluarga besar Dinasti Rajasa Rani Jaya Negara.
2.Perangilah empat komplotan jalinan pengusaha luar negeri dan satu komplotan pengusaha industri dalam negeri yang memerlukan bahan baku industri dari negaramu karena mereka menghalkan segala cara dengan cara curi-tadah serta usaha ilegal sampai ada lima manusia dari golonganmu duduk bersila rapi memasarkan zasat mereka yang telah menjadi crude oil untuk kejayaan negaramu.
3. Sesungguhnya segala bentuk upaya desintegrasi tidak lain hanyalah upaya kelima komplotan itu agar mudah dalam memenuhi keinginannya, oleh sebab itu perangilah mereka sampai titik darah penghabisan hingga ada lima manusia dari golonganmu duduk bersila rapi memasarkan zasat mereka yang telah menjadi crude oil untuk kejayaan negaramu.
4. Setelah aku mati, Inggris dan Jepang tidak ada lagi peluang menipu untuk membuat garis demarkasi yang telah disalah gunakan membentuk tiga negara Brunai,Singapura, dan Malaysia. Oleh sebab itu iklaskan kepergianku selamanya.
SELESAI