Rabu, 14 Januari 2015

PERANG TERHADAP NARKOBA DAN AKIBATNYA DI LINGKUNGAN NUSANTARA DAN SEKITARNYA SERTA DUNIA



ASAL MULA PEMAKAIAN NAMA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR ANDROMEDA
KABUPATEN MALINAU (LBB ANDROMEDA KABUPATEN MALINAU).
KAITANNYA DENGAN LINGKUNGAN WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA-1 (NKRI-1).
(BAGIAN WILAYAH UTARA-MAJAPAHIT TEMPO DULU)


Penulis  :  Pengurus PERWAKU Kabupaten Malinau.
Ketika di pusat kerajaan Majapahit terjadi upaya penggulingan kekuasaan yang dilakukan oleh Patih Rangga Lawe kepada Prabu Hayam Wuruk, maka para prajurit Majapahit berusaha untuk menumpas pemberontakan tersebut. Patih Lawe  (panggilan Patih Rangga Lawe) dengan keris Megalamat mengamuk di sebelah utara pusat kerajaan Majapahit yang sudah beralih di lereng gunung dekat aliran sungai brantas sekarang kabupaten Mojokerto propinsi Jawa Timur. Akhirnya Patih Rangga Lawe tewas di sungai bengawan Solo. Patih Rangga Lawe tenggelam  bersama pengikutnya dan senjata-senjata yang dibawanya juga ikut tenggelam. Namun upaya pencarian zenasahnya dilakukan sehingga beberapa pengikutnya yang berhasil ditemukan mayatnya di kubur massal di wilayah tepi sungai bengawan Solo yang melintasi wilayah kadipaten Tuban. Patih Rangga Lawe lahir di daerah tuban dan Raden Mas Sahid adalah masih kemenakan kedua orang tua Patih Rangga Lawe. Raden Mas Sahid atau sunan Kalijaga adalah putra Mahkota bupati Tuban pada saat itu.

Walaupun Patih Rangga Lawe telah tewas tetapi para pengikutnya tetap meneruskan perjuangannya. Melalui ritual pengikutnya, keberadaan keris Megalamat diperolehnya. Keris yang ampuh Megalamat memiliki yoni pengguling kekuasaan pada akhirnya menjadi milik Presiden RI yang pertama yaitu Bapak Ir.Soekarno. Sama halnya saat Patih Rangga  Lawe memegang keris tersebut, Bapak Ir. Soekarno dengan semangat yang berkobar-kobar berusaha menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia dan sukses, lalu menjadi presiden pertama untuk wilayah NKRI-1. Sedangkan wilayah NKRI-2  yang meliputi Brunai,Singapura,dan Malaysia (sengaja dipisahkan tanpa pepera) menjadi wilayah target penaklukan keris Megalamat, namun tidak mampu melakukannya karena dihalangi oleh sesepuh kerajaan Majapahit yang memiliki pertalian darah dengan Nyi Ratu Ayu Kencana Wungu. Nyi Ratu Ayu kencana Wungu memiliki darah perkawinan Jawa Dwipa dengan suku Dayak Kenya.Majapahit berharap Wilayah NKRI-2 itu kembali lagi tanpa peperangan karena banyak keturunan Penguasa Majapahit menetap di wilayah tersebut yang berkuasa sejak penaklukan/pengusiran  tentara Portugis yang mau menjajah di wilayah NKRI-2 tersebut. Diantaranya adalah susuhunan pangeran sabrang lor yaitu Sultan Adipati Unus dari Demak Bintoro panca perang paregrek di bumi pusat kerajaan Majapahit.Sultan Adipati Unus putra kedua dari Raden Patah yang menampuk kekuasaan baru pasca perang paregrek di wilayah Jawa Tengah sebagai kelanjutan pemerintahan kerajaan Majapahit dari dinasti prabu Wikrama Wardana.

Operasi penumpasan sisa-sisa pemberontakan Patih Rangga Lawe hingga sampai ke wilayah Majapahit Utara yaitu sepanjang aliran sungai Malinau. Pada saat naik ke wilayah bukit-bukit  dan pegunungan-pegunungan hulu sungai Malinau yang memiliki tiga cabang tersebut para prajurit Majapahit bertemu dengan sekelompok manusia yang gemar menanam tanaman yang sekarang ini digolongkan sebagai komoditas terlarang.  Zat padat warna putih dan jika di hirup manusia menjadi kantuk dan tidur adalah salah satu di antara hasil budidaya mereka.  Para prajurit yang bertugas menumpas sisa-sisa pemberontakan Patih Rangga Lawe sempat diberi oleh mereka, dan mereka membawanya hingga ke wilayah Jawa Dwipa.  Sebagai pemimpin tertinggi Operasi penumpasan sisa-sisa pemberontakan Patih Rangga Lawe pada saat itu adalah patih dari dinasti Rajasa Rani Jaya  Negara yang masih memiliki pertalian darah dengan Patih Rangga Lawe. Sedangkan untuk pimpinan tertinggi di kawasan Utara Kerajaan Mojopahit di tunjuk keluarga besar Pabu Cakra Ningrat dari kadipaten Manduraka sekarang Madura.

Beberapa bungkus persembahan dari masyarakat Majapahit Utara yang jika di hirup menjadikan orang mudah tidur diberikan kepada Nyi Ratu beserta para patihnya sebagai bukti pelaksanaan tugas dari wilayah yang sangat jauh tersebut. Diharapkan kepada Nyi Ratu beserta para patih memerintahkan mengunjunginya lagi jika perlu bahan tersebut karena telah hafal lintasannya.

Ketika Belanda yang awalnya berniat berdagang dengan membuat kongsi dagang Verenegde Of  Indisce Compagnie (VOC) tahun 1602M dan merubah statusnya menjadi pemerintahan Hindia Belanda, maka peredaran barang penidur ini banyak sekali. Pemerintah Hindia Belanda sering kecurian uang gara-gara para upas sering tertidur pulas karena hamburan bahan penidur. Karena Dinasti Rajasa Rani Jaya Negara dijadikan mitra Belanda dalam menggelar kekuasaan maka operasi penumpasan produk bahan penidur di sarangnya yaitu di bukit-bukit pegunungan yang ada di Majapahit Utara dilakukan. Dengan senjata lengkap para upas yang dipimpin dari keturunan prabu Cakraningrat kerajaan Manduraka  diperintahkan untuk memasuki pedalaman wilayah Borneo. Berlagak seperti Prajurit yang linuwih Majapahit mereka berniat menaklukkan. Bintang-bintang disematkan di bahu kiri dan kanan mereka. Ada yang sengaja memakai bintang lebih dari empat, bintang tujuh mereka pakai.  Di kawasan tersebut semua berbintang. Kontan saja yang didatangi gemetar langsung menyerah tidak berkutik. Dengan gaya otoriter saat itu, berkarung-karung bahan yang tergolong narkoba tersebut diperintahkan untuk mengaduknya seperti pemandangan pembuatan semen putih dari PETROGRES. Setelah menjadi luluh atau adonan mereka perintahkan mencampurnya dengan bebatuan untuk membuat rumah seperti goa di lereng bukit atau pegunungan. Jika mereka melawan maka mereka dicambuk kakinya hingga menangis seperti tangisan semar dalam wayang kulit, UUUUUUUUUu…uuuuu…uuuu..u. (Si Bram…u…cor..a) sekarang dipakai istilah kepolisian “Bramucora”). Akhirnya mereka menurut perintah. Setelah sebagian dari bahan penidur tersebut segagian di bawa upas, dan nampak gua-gua yang ber “COR” memakai adonan cor zat yang bisa menyebabkan manusia yang menghirupnya tertidur lelap tersebut  telah sangat kering, maka mereka di suruh masuk gua bikinannya. Mereka nampak tertidur pulas di dalamnya dan ada juga yang kelihatan sipit matanya karena menahan rasa kantuk yang berlebih.

Kepada orang yang suka sembunyi-sembunyi menerjangkan sinar pesakit ke badan pak ketua PERWAKU Kabupaten Malinau beserta pengikutnya serta masyarakatnya juga kepada barang-barang elektronik untuk kerja, pak ketua PERWAKU kabupaten Malinau sering menyebut mereka “ Kelompok bramucora”. Bramucora adalah tergolong “kelompok sampah masyarakat” dalam istilah kepolisian. Namanya sampah ya tentu saja harus dibuang ke tempat sampah. Selama ini hanya petugas pemungut sampah kebersihan kota yang memungut sampah untuk di buang ke TPA, lalu bagaimana banyaknya sampah masyarakat dalam dunia kepolisian ini, kok dibiarkan polisi ?... Polisi pun ada yang masuk kategori menyampahkan diri hahahaha. Akhirnya ada istilah “ Jeruk kok minum jeruk”   “ Sampah rakyat kok membuang sampah rakyat” ya kawahKOwoh !

Saat ADZAN subuh 26 Desember 2004 di antara lautan segitiga Aceh-Banglades-India  ( istilahnya Saat ADZAN, Z=26, AN panggilan nama  kemenakan Patih Majapahit Dinasti Rajasa Rani Jaya Negara yang ke 25, mengandung makna awalnya kehidupan mesin pesawat terbang  berasal dari angka) di dasar lautan  terterjang Bom sangat dahsyat, karena di wilayah tersebut banyak muatan barang haram narkoba sedangkan untuk gunung  yang berkawah lerengnya banyak budidaya  tanaman sejenis bahan penidur kategori kelompok narkoba, rakyat diuber wedussssssss gemmmmmm…..belllllll, lalu secara naluri lari bersamaan turun serentak kelihatan indah sekali turun gunung seperti kelompok rayap yang bersamaan menuruni gundukan tanah. Mereka semuanya dari mulutnya terdengar suara ah…ah…ah… dalam kamus Inggris istilahnya “All ah” pada zaman sekarang.  Akibatnya setiap Saat ADZAN banyak cahaya pesakit badan yang dilepaskan dari kelompok Bramucora ini ke lingkungan karena dendam. Kebiasaan ini sebenarnya berlangsung sejak dahulu , sehingga ada istilah “Dazzal hancur tepat Saat mengumandangkan ADZAN” . Ada yang hancur Saat ADZAN subuh ada juga ketika Saat ADZAN duhur atau Jumat.  Perang terhadap narkoba dimenangkan oleh Saat.
(istilah keren, Saat = waktu = pedang). Pak ketua PERWAKU punya pedang panjang, bramucora sering menyenteri pak ketua dengan cahaya pesakit badan dari arah sembunyi tetapi pak ketua kebal karena pak ketua berilmu siluman api…hahahaha… malah yang menyenteri sering dimarahinya, “Dasar kalian Bramucora” ambil itu dompet dan plastic kresek isinya tai (kotoran anjing)…hahahaha. Ku Tahu Yang Kau Mau, Barisan Ninja Hitam mengintaimu, hahahahaha,  Suuuus ….kraaat …..derrreereegggg…. deeeer, tuh lava dan lahar  menimpa komplotan elu, rasain lu, hahahaha….”. Itulah omelan pak ketua PERWAKU kabupaten Malinau yang selalu nampak biasa-biasa saja, karena  perang terhadap narkoba  itu hal yang lumrah dan biasa perlu dilanjutkan terus sepanjang massa. Kalau nggak mau digituin ya  jangan berani-berani membidik cahaya pesakit badan secara sembunyi terutama kepada pak ketua, hahahahaha.  Kapooooook deh…..lu…., nyonyor deh lu….. turun gunung deh lu….All ah ….deh   …lu.  Hahaha. Menyerahlah, atau kalian harus  menderita hahahahaha….

Pada zaman dulu, pendentuman keras pada setiap gua mereka yang mengeras membuat mereka lari tunggang langgang. Setelah itu para upas Belanda  menuju ketua adat mereka untuk menamai sukunya dengan nama suku “ Tidung atau suku Tideng” artinya kelompok orang yang suka tidur dalam gua karena ketagihan tidur.

Melihat para upas yang kembali ke Jawa Dwipa membawa beberapa kantong zat penidur tersebut maka suku Bugis yang berdagang di kawasan sepanjang sungai tersebut marah. Kepada ketua adat mereka berkata, “Kalau suku saudara diharapkan memakai nama suku Tidung atau Tideng, maka kami semua berharap agar pusat kelompok suku saudara dimana mereka berkumpul beri saja dengan kelompok desa“ Malinau” sambil melirik para upas dari Jawa Dwipa. Kontan saja ketua adat mendelik karena mereka tidak mengetahui arti dari kata Malinau. Para upas tertawa dan mengangguk-angguk tanda setuju seakan mengetahui maknanya. Tidak lama kemudian jika ada pedagang lewat menanyai desa tempat mereka singgah pak ketua adat sambil mengangguk-angguk mengatakan desa Malinau. Mereka heran ada kebiasaan mengangguk-angguk sebelum berucap Malinau. 

Ketika Belanda singgah di desa bertanya kepada mereka tentang nama desanya, mereka kontan mengangguk-angguk sambil berucap Malinau,Malinau, Malinau. Belanda pun pada saat itu tersenyum senyum karena anggukan mereka. Namun pada saat ini rakyat yang di dalam tubuhnya mengalir darah Indo Belanda atau Indo Inggris  yang menjadi pejabat sepertinya agak gusar ketika melihat orang manggangguk-angguk sambil menyebut nama Malinau. Mereka kelihatannya lebih senang menggeleng-nggeleng sambil berucap Malinau.

Belanda bertanya kepada masyarakat tentang arti Malinau, namun suku tidung tidak bisa menjawabnya malah suku dayak Kenya dan lundayeh yang menjawab sekenanya. Akhirnya nama Malinau dimasukkan dalam agenda Govermen Hindia Belanda dan di diberitakan keberadaan suku baru dengan nama suku Tidung atau suku Tideng hasil wawancara mereka. Buku tersebut pada akhirnya menjadi reverensi pemerintahan Hindia Belanda yang berkedudukan di Den Haag Nedherland-Eropa.

Catatan :
“Dalam KUBI di sebuat aturan baru yaitu penyebutan Vokal AU dibaca O”. Malinau dibaca Malino. Kalau orang suku Bugis membaca Malino mereka ada yang menyebut secara dialek “ Malingo”. Zat penidur berwarna putih banyak digunakan oleh para pencuri sebelum beraksi.

Karena kejadian itu, maka para upas setelah sampai di Jawa Dwipa membuat kata baru yaitu Maling berarti pencuri agar mudah mengenalinya. Kata Malinau disinonimkan dengan istilah awal yaitu “ Brandal”. Malingo artinya mencurilah. Suatu kata me lu…lu… lu untuk kawasan atau wilayah yang gemar memproduk bahan penidur.

Sebelum ada istilah Maling, jika ada pencuri masyarakat jawa selalu berteriak  ada brandal…ada brandal…. ! lalu para upas keluar mengejarnya. Namun karena istilah baru tersebut dipandang lebih keren karena ada kaitannya dengan wilayah penghasil bahan penidur, maka jika ada pencuri maka para upas dan masuarakat Jawa berteriak “ ada maling, ada maling,…ada maling..! lalu banyak orang mengejar dan berusaha menangkap pencuri itu.

Sampai saat ini bukit dan pegunungan di kabupaten Malinau dan umumnya seluruh Kalimantan menjadi target operasi pemberantasan bahan penidur ini yang khalayak ramai mengkategorikan jenis Narkoba. Pada saat pemerintah menyatakan perang terhadap narkoba, banyak komplotan dan rakyat pembudidaya dan pembisnis barang terlarang tersebut  mereka yang mati di timbun letusan  gunung karena membudidayakan di pegunungan-pegunungan yang menyebar di seluruh kepulauan Nusantara Indonesia. Operasi penumpasan mereka lebih dahsyat lagi selama sepuluh tahun lebih karena dibarengi pemulihan krisis moneter dan krisis pangan yang melanda dunia karena buruh mudik mogok kerja di pabrik karena tuntutan kenaikan upahnya tidak terkabul. Sementara itu di Kalimantan senjata elektronik penyembur cahaya tetap mereka gunakan untuk lebih meningkatkan lakunya barang haram tersebut. Perang melawan narkoba di bumi Kalimantan terganjal minimnya pegunungan berapi yang berkawah sehingga sulit untuk meledakkan. Namun pemerintah daerah melalui sosialisasi selalu berusaha menyadarkan perangai masyarakatnya yang sudah tergolong urutan ke-4 kategori pemakai barang haram tersebut di tingkat NKRI-1 pada tahun 2014 yang lalu. Upaya mereka kelihatannya belum berhasil meredakan maraknya terjangan cahaya pesakit tubuh dari para sindikat barang terlarang ini, malah semakin berusaha melawan aparat secara terang-terangan dari arah yang tidak sulit untuk diketahui. Namun dentuman-dentuman gunung yang meluluh lantakan bangunan sindikat mereka  membuat mereka ketakutan dan stess berat.Dalam kondisi stess berat mereka terus beraksi menyemburkan cahaya pesakit badan seperti orang yang gila atau keranjingan. Ketika dentuman keras bertubi-tubi ke komplotan mereka, mereka semakin stress berat dan seperti orang gila. Para aparat pun tidak memberangus peralatan elektronik mereka, bahkan membiarkannya karena mereka digolongkan orang gila namun senang  uang. Di Malaysia komplotan mereka yang tertangkap banyak yang di hukum pancung, di Indonesia banyak yang dijatuhi hukuman mati.

Untuk mengabadikan peristiwa yang agak lucu pada saat operasi pemberantasan zat penidur maka pak ketua PERWAKU Kabupaten Malinau sebelum nya mendirikan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) dengan nama LBB ANDROMEDA. Andromeda artinya gugusan para bintang yang banyak jumlahnya menempel pada lengan para upas saat melaksanakan tugas.
LBB Andromeda hanya bertahan selama tujuh tahun karena pak Ketua LBB Andromeda melanjutkan pendidikan S-2 dan sekembalinya pendidikan setelah lulus mengurusi PERWAKU kabupaten Malinau. Alasan berikutnya adalah berkurangnya tenaga pendidik di LBB Andromeda karena semuanya diangkat menjadi PNS.
Catatan :
Narkoba membikin manusia Kawah Kowoh artinya ;
1. Kawah Kowoh = bodoh
2. Kawah Kowoh = gunung meletus akibatnya kawahnya terpercik ke segala arah menjatuhkan buah-buahan.

KO = dalam istilah tinju pukulan yang menjatuhkan lawan. Woh = buah-buahan.  Kawah = Lubang menganga di puncak gunung- gunung yang banyak lavanya. Kawah kowoh = begok, bodoh,melongo saja, dungu, dur,goblok. 

Pada massa revormasi Patih ke 25 Majapahit Dinasti Rajasa Rani Jaya Negara yaitu 'Pangeran Wongso Gumelar" atau bapak Supardi,S.Pd,M.Pd,  ditanyai oleh seniornya tentang partai baru apa yang cocok untuk mengatasi kebodohan siswa akibat maraknya peredaran Narkoba, maka Patih menjawab " Sebaiknya bikinlah partai DEMOKRAT". Maka setelah partai Demokrat ini terbentuk dan memiliki kekuasaan di NKRI-1 maka operasi penumpasan narkoba   atau perang terhadap narkoba dimulai. Selanjutnya beliau minta istirahat  karena ada tugas yang lebih banyak dari pemerintah NKRI-1 dalam bidang kepengawasan. Patih kerajaan samar Majapahit yang ke-26 diestafetkan kepada "Pangeran Panji Budi Sasongko Waryo Gumelar" namun beliau meninggal bersama Nyi Ratu Parameswari di gunung kelud yang mayatnya tertimbun oleh reruntuhan gunung kelud yang meletus sangat dahsyat pada tahun 2014. Tidak ada lagi kelanjutannya ratu pengganti hingga sekarang. Silsilah kerajaan samar Majapahit Dinasti Rajasa Rani Jaya Negara hanya sampai Nyi Ratu Parameswari pada tahun 2014. Dengan demikian dendam terhadap komplotan " SEKUTU" yaitu Inggris,Perancis, Belanda, dan Jerman pada perang dunia ke dua telah berakhir pada tahun 2014.

Pesan penasehat kerajaan samar Majapahit dinasti Rajasa Rani Jaya Negara "Jika ada yang ingin melanjutkan dendam Nyi Ratu Parameswari terhadap sekutu maka Raja atau Ratu baru harus diangkat dari Majapahit Dinasti Rajasa Rani Jaya Negara dengan satu syarat, mampu menahan dentuman senjata meriam Nyi Setomi dan Ki Setomi yang disimpan di kasultanan Surokarto - Ngayugyokarto".

Selesai

Tidak ada komentar: