Sabtu, 21 Maret 2015

OPERASI PENUMPASAN SISA-SISA PEMBERONTAKAN PATIH RANGGALAWE



OPERASI PENUMPASAN
SISA-SISA PEMBERONTAKAN PATIH RANGGALAWE

Diceritakan lagi oleh : Raden Mas Supardi Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara.
Paman Maha Patih Gajah Mada (Paman Mada) berangkat terlebih dahulu karena mempunyai niat mengurungkan pertempuran besar dua kubu yang bertikai yaitu kubu Prabu Siliwangi dan Kubu Prabu Hayam Wuruk. Paman Maha patih Gajah Mada adalah seorang Maha patih yang selalu mengedepankan perdamaian dengan berunding terlebih dahulu dengan panji-panji bendera kerajaan yaitu Merah-Putih. Banyak perundingan penyatuan kerajaan dilakukan dengan hasil sesuai harapan sehingga wilayah kerajaan Majapait meliputi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI-1),Malaysia,Brunai,dan Singapura (NKRI-2).
Ketika lamaran Prabu Hayam Wuruk di tolak oleh Prabu Siliwangi, Prabu Hayam Wuruk diharapkan untuk sabar, namun Prabu Hayam Wuruk bertindak atas nama kebesaran kerajaan Majapait , sehingga perundingan perdamaian gagal.
Tidak di sangka Prabu Siliwangi beserta pasukannya jeli melihat sikap Prabu Hayam Wuruk. Prabu Siliwangi menantang Prabu Hayam Wuruk atas dasar pembelaan golongan wanita bukan karena kerajaannya. Prabu Siliwangi marah melihat Prabu Hayam Wuruk mulai menghunus colok rancang atau kujang Seibi Angin senjata pusaka kebesaran Kerajaan Mojopahit warisan dari Eyang Prabu Raden Wijaya.
Dengan senjata colok rancang atau kujang cakrabuana Prabu Siliwangi mulai menerjang. Pertempuran besar dua kubu terjadi sehingga banyak prajurit kedua belah pihak tewas.
Dari kejauhan nampak paman Maha Patih Gajah Mada sedang duduk bersila. Tidak lama kemudian Kakangmas patih Raden Mas Aryo Binangun yang sedang mengamuk meladeni serangan prajurit pajajaran tersentak melihat Prabu Hayam Wuruk sedang Asyik beradu kesaktian dengan Prabu Sili Wangi. Kakangmas patih Raden Mas Aryo Binangun sambil menunggang kuda menghampiri Prabu Hayam Wuruk mengantarkan pedang miliknya yaitu pedang Kumbara. Dengan cepat senjata pedang Kumbara telah berada di tangan kanan Prabu Hayam wuruk. Prabu Siliwangi mundur sejenak, sambil berkacak pinggang. Prabu Hayam Wuruk menyarungkan Kujang Seibi Angin di pinggang kirinya.
Tidak lama kemudian dari ujung kujang cakrabuana milik Prabu Siliwangi menyemburkan api panas menyerang ke arah Prabu Hayam Wuruk. Semburan api itu tiba-tiba padam setelah mengenai pedang Kumbara.
Prabu Hayam Wuruk mengamuk, pertarungan sengit terjadi. Beberapa prajurit Pajajaran berusaha membantu Prabu Siliwangi namun semuanya tewas di babat pedang Kumbara. Seperti banteng terluka Prabu Hayam Wuruk mengamuk sangat luar biasa tenaganya dan gerakannya sangat cepat. Akhirnya Prabu Siliwangi juga tewas terkena hunjaman pedang Kumbara.
Tidak lama kemudian Paman Maha Patih Gajah Mada tersentak dari duduknya sambil berteriak keras,”hentikan peperangan !”.Maka tidak lama kemudian kedua kubu pasukan itu tidak lagi berperang.
Prabu Hayam Wuruk kelihatan gusar karena pertempuran terhenti. Sementara itu Kakangmas patih Raden Mas Aryo Binangun dengan tersenyum menghampiri Maha Patih Gajah Mada, namun Maha Patih Gajah Mada membuang muka.
“Engkau salah paman, sebenarnya perang belum usai, lihatlah Prabu Hayam Wuruk kelihatan kesal” kata Kakangmas patih Raden Mas Aryo Binangun dengan nada kecewa.
Paman Maha Patih Gajah Mada lalu berkata,” Sudahlah, tidak ada gunanya kalian melanjutkan perang, segera makamkan prajurit yang telah tewas setelah itu mari kita ke barak pertahanan kita”. Prabu hayam wuruk menerima himbauan Maha Patih Gajah Mada, begitu juga prajurit Pajajaran lalu pulang ke Pajajaran.
Selama perjalanan Maha Patih Gajahmada melihat sekelompok pemuda yang tidak ikut berperang tertawa cekikikan. Setelah dihampiri, ternyata mereka mengaku dari wilayah Kadipaten Tuban.
Pesta kemenangan dirayakan dengan meriah atas perintah Kakangmas patih Raden Mas Aryo Binangun. Beliau sangat pemberani seperti leluhurnya yaitu Eyang Raden Mas Jaya Negara.
Kanjeng Nyi Ratu Tribuwono Tunggo Dewi  mendekati paman Maha Patih Gajahmada. Beliau bercengkerama lalu mengharapkan agar Paman Maha Patih Gajah Mada menyetujui pengangkatan kemenakan beliau yaitu Kakangmas patih Raden Mas Aryo Binangun sebagai pengganti Prabu Hayam Wuruk dalam menjalankan tugas kerajaan, karena putra Mahkota yaitu Prabu Hayam Wuruk kelihatannya Setrees berat karena masih saja ingin mengamuk dan berteriak-teriak karena murka. Kondisi tidak sehat jiwanya ini sangat membahayakan kerajaan Majapahit yang masih rawan sabotase sisa-sisa pemberontakan paman patih Rangga Lawe.
Kelihatannya para pengikut paman patih Rangga Lawe masih medongkol karena paman patih Rangga Lawe telah tewas. Paman Maha Patih Gajah Mada setuju dan memberikan saran agar keris Megalamat yang telah dikirimkan dari kadipaten Tuban sebagai tanda menyerah diberikan kepada Kakangmas Raden Mas Aryo Binangun agar setelah duduk di singgasana kerajaan Majapait Kakangmas Raden Mas Aryo Binangun tidak lagi disabotase oleh para pengikut paman patih Ranggalawe yang masih medongkol karena kalah perang. Nyi Ratu akhirnya menyetujui permintaan paman Maha Patih Gajahmada. Setelah bercengkerama kemudian beliau istirahat dan hari berikutnya paman Maha Patih Gajah Mada sudah tidak berada di barak pertahanan pusat kerajaan Majapait.
Tujuh hari tujuh malam diadakan pesta yang meriah di pusat kerajaan Majapait menyambut pengangkatan dan sumpah setia kerajaan di hadapan para pendeta, ulama’ dan brahmana di saksikan Kanjeng Nyi Ratu Tri Buwono Tungga Dewi.
Prabu Hayam Wuruk sedang strees berat, namun dengan langkah yang kurang sehat menyalami  dan mengucapkan kata selamat kepada Kakangmas Gusti Prabu Raden Mas Aryo Binangun sebagai pengganti beliau. Setelah itu beberapa dayang dan istri Parabu Hayam Wuruk diperintah oleh Nyi Ratu Tri Buwono Tunggo Dewi melayani kebutuhan beliau di istana kaputren Kerajaan dekat Trowulan Mojokerto.
Sebagaimana biasanya Raja baru yang berkuasa, Raden Mas Aryo Binangun memulai kerjanya melanjutkan program Prabu Hayam Wuruk dalam bidang ekonomi,kesenian,pembangunan,sosial budaya,pertahanan,keamanan, serta menjaga keutuhan wilayah. 
Operasi penumpasan sisa-sisa pemberontakan pengikut paman patih Rangga Lawe dilaksanakan dengan hasil yang sangat memuaskan hingga pada akhirnya tidak ada lagi pemberontakan. Perdamaian terjadi antara Pajajaran dan Kerajaan Majapahit dan dilangsungkan upacara penyatuan kerajaan Pajajaran dibawah naungan Majapahit. Beberapa putri kerajaan Pajajaran dan putri dari kadipaten Tuban yang masih lajang di harapkan tinggal di istana kaputren pusat kerajaan Majapait dan dinikahkan dengan para prajurit Majapait secara bersamaan dengan upacara pernikahan yang sacral.
Selama beliau memerintah negeri kerajaan Majapait aman,tentram,tertib,kertaraharja, gemah ripah,loh jinawi.
Tahun 1602 VOC dan Inggris mulai betah dan sering singgah-singgah di pusat kerajaan Majapait. Akhirnya bersama VOC dan Inggris dilangsungkan pemerintahan baru sehingga hubungan antara eropa dan asia sangat erat. Akibat ekspansi tentara Jepang tahun 1939 maka tepatnya tanggal 17/08/1945, terjadi perubahan nama  bentuk pemerintahan namun bendera kerajaan Majapait  tetap dipakai yaitu “Merah putih” untuk NKRI-1(Indonesia) hingga sekarang.

Catatan : Pada sumpah pemuda II(ke-dua) tahun 1928 yong Islamieten Is Bon pemuda perwakilan pihak Malaysia hadir dalam acara pengumandangan sumpah pemuda di Jakarta. Pada saat itu lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Bendera Merah Putih dikibarkan saat mulai acara pembukaan. Namun akibat konferensi Meja Bundar di Den Haag (Belanda) Malaysia dinyatakan terpisah.

SELESAI

Tidak ada komentar: