OPERASI PENUMPASAN
SISA-SISA PEMBERONTAKAN PATIH RANGGALAWE
Diceritakan lagi oleh : Raden Mas
Supardi Surya Ningrat Rajasa Rani Jaya Negara.
Paman Maha Patih Gajah
Mada (Paman Mada) berangkat terlebih dahulu karena mempunyai niat mengurungkan
pertempuran besar dua kubu yang bertikai yaitu kubu Prabu Siliwangi dan Kubu
Prabu Hayam Wuruk. Paman Maha patih Gajah Mada adalah seorang Maha patih yang
selalu mengedepankan perdamaian dengan berunding terlebih dahulu dengan
panji-panji bendera kerajaan yaitu Merah-Putih. Banyak perundingan penyatuan
kerajaan dilakukan dengan hasil sesuai harapan sehingga wilayah kerajaan
Majapait meliputi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI-1),Malaysia,Brunai,dan Singapura (NKRI-2).
Ketika lamaran Prabu
Hayam Wuruk di tolak oleh Prabu Siliwangi, Prabu Hayam Wuruk diharapkan untuk
sabar, namun Prabu Hayam Wuruk bertindak atas nama kebesaran kerajaan Majapait ,
sehingga perundingan perdamaian gagal.
Tidak di sangka Prabu
Siliwangi beserta pasukannya jeli melihat sikap Prabu Hayam Wuruk. Prabu
Siliwangi menantang Prabu Hayam Wuruk atas dasar pembelaan golongan wanita
bukan karena kerajaannya. Prabu Siliwangi marah melihat Prabu Hayam Wuruk mulai
menghunus colok rancang atau kujang Seibi Angin senjata pusaka kebesaran
Kerajaan Mojopahit warisan dari Eyang Prabu Raden Wijaya.
Dengan senjata colok
rancang atau kujang cakrabuana Prabu Siliwangi mulai menerjang. Pertempuran
besar dua kubu terjadi sehingga banyak prajurit kedua belah pihak tewas.
Dari kejauhan nampak
paman Maha Patih Gajah Mada sedang duduk bersila. Tidak lama kemudian Kakangmas
patih Raden Mas Aryo Binangun yang sedang mengamuk meladeni serangan prajurit
pajajaran tersentak melihat Prabu Hayam Wuruk sedang Asyik beradu kesaktian
dengan Prabu Sili Wangi. Kakangmas patih Raden Mas Aryo Binangun sambil
menunggang kuda menghampiri Prabu Hayam Wuruk mengantarkan pedang miliknya
yaitu pedang Kumbara. Dengan cepat senjata pedang Kumbara telah berada di
tangan kanan Prabu Hayam wuruk. Prabu Siliwangi mundur sejenak, sambil berkacak
pinggang. Prabu Hayam Wuruk menyarungkan Kujang Seibi Angin di pinggang
kirinya.
Tidak lama kemudian
dari ujung kujang cakrabuana milik Prabu Siliwangi menyemburkan api panas menyerang
ke arah Prabu Hayam Wuruk. Semburan api itu tiba-tiba padam setelah mengenai
pedang Kumbara.
Prabu Hayam Wuruk
mengamuk, pertarungan sengit terjadi. Beberapa prajurit Pajajaran berusaha
membantu Prabu Siliwangi namun semuanya tewas di babat pedang Kumbara. Seperti
banteng terluka Prabu Hayam Wuruk mengamuk sangat luar biasa tenaganya dan
gerakannya sangat cepat. Akhirnya Prabu Siliwangi juga tewas terkena hunjaman
pedang Kumbara.
Tidak lama kemudian
Paman Maha Patih Gajah Mada tersentak dari duduknya sambil berteriak keras,”hentikan
peperangan !”.Maka tidak lama kemudian kedua kubu pasukan itu tidak lagi
berperang.
Prabu Hayam Wuruk
kelihatan gusar karena pertempuran terhenti. Sementara itu Kakangmas patih Raden
Mas Aryo Binangun dengan tersenyum menghampiri Maha Patih Gajah Mada, namun
Maha Patih Gajah Mada membuang muka.
“Engkau salah paman,
sebenarnya perang belum usai, lihatlah Prabu Hayam Wuruk kelihatan kesal” kata Kakangmas
patih Raden Mas Aryo Binangun dengan nada kecewa.
Paman Maha Patih Gajah
Mada lalu berkata,” Sudahlah, tidak ada gunanya kalian melanjutkan perang,
segera makamkan prajurit yang telah tewas setelah itu mari kita ke barak
pertahanan kita”. Prabu hayam wuruk menerima himbauan Maha Patih Gajah Mada,
begitu juga prajurit Pajajaran lalu pulang ke Pajajaran.
Selama perjalanan Maha
Patih Gajahmada melihat sekelompok pemuda yang tidak ikut berperang tertawa
cekikikan. Setelah dihampiri, ternyata mereka mengaku dari wilayah Kadipaten Tuban.
Pesta kemenangan
dirayakan dengan meriah atas perintah Kakangmas patih Raden Mas Aryo Binangun.
Beliau sangat pemberani seperti leluhurnya yaitu Eyang Raden Mas Jaya Negara.
Kanjeng Nyi Ratu
Tribuwono Tunggo Dewi mendekati paman
Maha Patih Gajahmada. Beliau bercengkerama lalu mengharapkan agar Paman Maha
Patih Gajah Mada menyetujui pengangkatan kemenakan beliau yaitu Kakangmas patih
Raden Mas Aryo Binangun sebagai pengganti Prabu Hayam Wuruk dalam menjalankan
tugas kerajaan, karena putra Mahkota yaitu Prabu Hayam Wuruk kelihatannya
Setrees berat karena masih saja ingin mengamuk dan berteriak-teriak karena
murka. Kondisi tidak sehat jiwanya ini sangat membahayakan kerajaan Majapahit
yang masih rawan sabotase sisa-sisa pemberontakan paman patih Rangga Lawe.
Kelihatannya para
pengikut paman patih Rangga Lawe masih medongkol karena paman patih Rangga Lawe
telah tewas. Paman Maha Patih Gajah Mada setuju dan memberikan saran agar keris
Megalamat yang telah dikirimkan dari kadipaten Tuban sebagai tanda menyerah
diberikan kepada Kakangmas Raden Mas Aryo Binangun agar setelah duduk di
singgasana kerajaan Majapait Kakangmas Raden Mas Aryo Binangun tidak lagi disabotase
oleh para pengikut paman patih Ranggalawe yang masih medongkol karena kalah
perang. Nyi Ratu akhirnya menyetujui permintaan paman Maha Patih Gajahmada.
Setelah bercengkerama kemudian beliau istirahat dan hari berikutnya paman Maha
Patih Gajah Mada sudah tidak berada di barak pertahanan pusat kerajaan
Majapait.
Tujuh hari tujuh malam
diadakan pesta yang meriah di pusat kerajaan Majapait menyambut pengangkatan
dan sumpah setia kerajaan di hadapan para pendeta, ulama’ dan brahmana di
saksikan Kanjeng Nyi Ratu Tri Buwono Tungga Dewi.
Prabu Hayam Wuruk
sedang strees berat, namun dengan langkah yang kurang sehat menyalami dan mengucapkan kata selamat kepada Kakangmas Gusti
Prabu Raden Mas Aryo Binangun sebagai pengganti beliau. Setelah itu beberapa
dayang dan istri Parabu Hayam Wuruk diperintah oleh Nyi Ratu Tri Buwono Tunggo
Dewi melayani kebutuhan beliau di istana kaputren Kerajaan dekat Trowulan
Mojokerto.
Sebagaimana biasanya
Raja baru yang berkuasa, Raden Mas Aryo Binangun memulai kerjanya melanjutkan
program Prabu Hayam Wuruk dalam bidang ekonomi,kesenian,pembangunan,sosial budaya,pertahanan,keamanan,
serta menjaga keutuhan wilayah.
Operasi penumpasan
sisa-sisa pemberontakan pengikut paman patih Rangga Lawe dilaksanakan dengan
hasil yang sangat memuaskan hingga pada akhirnya tidak ada lagi pemberontakan.
Perdamaian terjadi antara Pajajaran dan Kerajaan Majapahit dan dilangsungkan
upacara penyatuan kerajaan Pajajaran dibawah naungan Majapahit. Beberapa putri kerajaan
Pajajaran dan putri dari kadipaten Tuban yang masih lajang di harapkan tinggal
di istana kaputren pusat kerajaan Majapait dan dinikahkan dengan para prajurit
Majapait secara bersamaan dengan upacara pernikahan yang sacral.
Selama beliau memerintah
negeri kerajaan Majapait aman,tentram,tertib,kertaraharja, gemah ripah,loh
jinawi.
Tahun 1602 VOC dan
Inggris mulai betah dan sering singgah-singgah di pusat kerajaan Majapait.
Akhirnya bersama VOC dan Inggris dilangsungkan pemerintahan baru sehingga
hubungan antara eropa dan asia sangat erat. Akibat ekspansi tentara Jepang
tahun 1939 maka tepatnya tanggal 17/08/1945, terjadi perubahan nama bentuk pemerintahan namun bendera kerajaan
Majapait tetap dipakai yaitu “Merah
putih” untuk NKRI-1(Indonesia) hingga sekarang.
Catatan : Pada sumpah pemuda II(ke-dua) tahun 1928 yong Islamieten Is Bon pemuda perwakilan pihak Malaysia hadir dalam acara pengumandangan sumpah pemuda di Jakarta. Pada saat itu lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Bendera Merah Putih dikibarkan saat mulai acara pembukaan. Namun akibat konferensi Meja Bundar di Den Haag (Belanda) Malaysia dinyatakan terpisah.
SELESAI